A.
Pendahuluan
Latar belakang
Secara
kodrati anak memerlukan pendidikan atau bimbingan dari orang dewasa. Dasar
kodrati ini dapat dimengerti dari kebutuhan-kebutuhan dasar yang dimiliki oleh
setiap anak yang hidup didunia ini. Anak adalah amanat Allah Subhanahu Wata’ala
kepada kita, masing-masing dari kita berharap anaknya menjadi anak yang baik,
dan maka dari itu di-butuhkan optimalisasi tanggung jawab dan peran dari orang
tua. Meskipun pada dasarnya seorang anak lahir di atas fitrah, akan tetapi ini
tidak berarti kita membiarkannya tanpa pengarahan dan bimbingan yang baik dan
terarah, karena sesuatu yang baik jika tidak dijaga dan dirawat, ia akan
menjadi tidak baik akibat pengaruh faktor-faktor eksternal. Pendidikan dan
pengarahan yang baik terhadap anak sebenarnya sudah harus dimulai sejak anak
tersebut belum lahir bahkan sebelum anak tersebut ada di dalam kandungan.
Sudah
banyak hadits yang menyebutkan hal tersebut, bahwa anak lahir dalam keadaan
fitar kemudian lingkungan dan pengajaranlah yang nantinya akan mempengaruhi
fitrah tersebut.
B.
Hadits
dan terjemah
Hadits
shohih bukhari
no. 1296
حَدَّثَنَا آدَمُ حَدَّثَنَا ابْنُ
أَبِي ذِئْبٍ عَنْ الزُّهْرِيِّ عَنْ أَبِي سَلَمَةَ بْنِ عَبْدِ الرَّحْمَنِ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ رَضِيَ اللَّهُ عَنْهُ قَالَ قَالَ النَّبِيُّ صَلَّى اللَّهُ
عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ فَأَبَوَاهُ
يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُمَجِّسَانِهِ كَمَثَلِ الْبَهِيمَةِ
تُنْتَجُ الْبَهِيمَةَ هَلْ تَرَى فِيهَا جَدْعَاءَ
Telah menceritakan kepada kami Adam telah menceritakan
kepada kami Ibnu Abu Dza'bi dari Az Zuhriy dari Abu Salamah bin 'Abdurrahman
dari Abu Hurairah radliallahu 'anhu berkata; Nabi Shallallahu'alaihiwasallam
bersabda: "Setiap anak dilahirkan dalam
keadaan fithrah. Kemudian kedua orang tuanyalah yang akan menjadikan anak itu
menjadi Yahudi, Nashrani atau Majusi sebagaimana binatang ternak yang
melahirkan binatang ternak dengan sempurna. Apakah kalian melihat ada cacat
padanya?"[1]
Hadits
Musnad
Ahmad no. 14277
حَدَّثَنَا هَاشِمٌ حَدَّثَنَا أَبُو جَعْفَرٍ عَنْ
الرَّبِيعِ بْنِ أَنَسٍ عَنْ الْحَسَنِ عَنْ جَابِرِ بْنِ عَبْدِ اللَّهِ قَالَ
قَالَ رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ
عَلَى الْفِطْرَةِ حَتَّى يُعْرِبَ عَنْهُ لِسَانُهُ فَإِذَا أَعْرَبَ عَنْهُ لِسَانُهُ
إِمَّا شَاكِرًا وَإِمَّا كَفُورًا
Telah bercerita
kepada kami Hasyim telah bercerita kepada kami Abu Ja'far dari Ar-Robi' bin
Anas dari Al Hasan dari Jabir bin Abdullah berkata; Rasulullah
shallallahu'alaihi wasallam bersabda: "Setiap anak dilahirkan di atas
fithrah (Islam), hingga lisannya menyatakannya (mengungkapkannya), jika
lisannya telah mengungkapkannya, dia nyata menjadi orang yang bersyukur
(muslim) atau bisa juga menjadi orang yang kufur".[2]
Hadits sunan
tirmidzi no. 2064
حَدَّثَنَا مُحَمَّدُ بْنُ يَحْيَى الْقُطَعِيُّ
الْبَصْرِيُّ حَدَّثَنَا عَبْدُ الْعَزِيزِ بْنُ رَبِيعَةَ الْبُنَانِيُّ
حَدَّثَنَا الْأَعْمَشُ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ قَالَ قَالَ
رَسُولُ اللَّهِ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ كُلُّ مَوْلُودٍ يُولَدُ عَلَى
الْمِلَّةِ فَأَبَوَاهُ يُهَوِّدَانِهِ أَوْ يُنَصِّرَانِهِ أَوْ يُشَرِّكَانِهِ
قِيلَ يَا رَسُولَ اللَّهِ فَمَنْ هَلَكَ قَبْلَ ذَلِكَ قَالَ اللَّهُ أَعْلَمُ
بِمَا كَانُوا عَامِلِينَ بِهِ حَدَّثَنَا أَبُو كُرَيْبٍ وَالْحُسَيْنُ بْنُ
حُرَيْثٍ قَالَا حَدَّثَنَا وَكِيعٌ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ عَنْ
أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ نَحْوَهُ
بِمَعْنَاهُ وَقَالَ يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ قَالَ أَبُو عِيسَى هَذَا حَدِيثٌ حَسَنٌ
صَحِيحٌ وَقَدْ رَوَاهُ شُعْبَةُ وَغَيْرُهُ عَنْ الْأَعْمَشِ عَنْ أَبِي صَالِحٍ
عَنْ أَبِي هُرَيْرَةَ عَنْ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ فَقَالَ
يُولَدُ عَلَى الْفِطْرَةِ وَفِي الْبَاب عَنْ الْأَسْوَدِ بْنِ سَرِيع
Telah
menceritakan kepada kami Muhammad bin Yahya Al Qutha'i Al Bashri; telah
menceritakan kepada kami 'Abdul 'Aziz bin Rabi'ah Al Bunani; telah menceritakan
kepada kami Al A'masy dari Abu Shalih dari Abu Hurairah dia berkata; Rasulullah
shallallahu 'alaihi wasallam bersabda: "Setiap anak dilahirkan di
atas al millah (agama fithrahnya, Islam), namun, kedua orangtuanyalah yang
menjadikannya Yahudi atau Nasrani, atau menjadikannya seorang yang
musyrik." Kemudian ditanyakanlah pada beliau, "Wahai Rasulullah, lalu
bagaimanakah dengan yang binasa sebelum itu?" belaiu menjawab:
"Allah-lah yang lebih tahu terhadap apa yang mereka kerjakan." Telah
menceritakan kepada kami Abu Kuraib dan Al Husain bin Huraits keduanya berdua
berkata; telah menceritakan kepada kami Waki' dari Al A'masy dari Abu Shalih
dari Abu Hurairah dari Nabi shallallahu 'alaihi wasallam sepertinya dan dengan
makna yang sama pula dan beliau bersabda: "Dilahirkan dalam keadaan
fithrah." Abu Isa berkata; Ini adalah hadits Hasan Shahih. Dan hadits ini
telah diriwayatkan pula oleh Syu'bah dan selainnya dari Al A'masy dari Abu
Shalih dari Abu Hurairah dari Nabi Nabi shallallahu 'alaihi wasallam, ia pun
menyebutkan; "Dilahirkan dalam keadaan fithrah." Hadits semakna juga
diriwayatkan dari Al Aswad bin Sari'.[3]
C. Makna mufrodhad
مَوْلُودٍ = kelahiran
يُولَد = anak
الْبَهِيمَةِ = binatang ternak
جَدْعَاء = cacat
الْمِلَّةِ = al millah (agama fithrahnya, Islam)
يُشَرِّكَانِهِ = musyrikin
D.
Asbabul wurud
1480- حدثنا
أبو الحسن أحمد بن قاسم الشبي قال حدثنا إسحاق ابن إبراهيم الدبري قال حدثنا عبد
الرزاق عن معمر عن من سمع الحسن يحدث عن الأسود بن سريع قال بعث النبي سرية فأفضى
بهم القتل إلى الذرية فقال لهم النبي ما حملكم على قتل الذرية قالوا يا رسول الله
أليسوا أولاد المشركين قال أوليس خياركم أولاد[4]
Artinya:
Dari Aswad :“aku mendatangi rosulullah dan aku ikut perang bersamanya. Kami
memperoleh kemenangan namun pada hari itu orang-orang terus saling berbunuhan
sehingga merekapun membunuh anak-anak. Hal itu disampaikan kepada rosulullah, maka
rosululah bersabda: “ keterlaluan, sampai hari ini mereka masih saling membunuh
sehingga banyak anak-anak terbunuh” berkatalah seorang anak laki-laki:” ya
rosulullah mereka adalah anak-anak musyrik” kata rosulullah: “ ketahuilah, sesungguhnya penopang kamu adalah anak-anak
orang musyrikin itu. Jangan membunuh keturunan, jangan membunuh keturunan” .
kemudian beliaupun bersabda : “ setiap anak yang dilahirkan ,di lahirkan diatas
Keterangan
Maka manakala bayi itu di biarkan pada keadaan
dan tabiatnya, tidak ada pengaruh luar
yang mempengaruhinya berupa pendidikan yang merusak atau taklid kepada kedua
orang tuanya dan yang selainnya niscahya bayi tersebut kelak akan melihat
petunjuk kearah tauhid dan kebenaran rosul dan hal ini merupakan gambaran atau nalar
yang baik yang akan menyampaikannya kearah petunjuk dan kebenaran sesuai dengan
petunjuk yang asli dan dia kelak tidak akan memilih kecuali memilah-milah(agama,
ajaran)yang hanif.[5]
E. Kualitas
Hadist
Berdasarkan pentahrijan hadis diatas yang diriwayatkan oleh shohih bukhari no. 1296.
Kebanyakan peringkat III. Dan ada salah satunya perawinya ada yang peringkat X
maka hadits itu berperingkat da’if. Tetapi hadits tersebut didukung oleh sanad
lain yang matan haditsnya sama atau semakna yang menpunyai derajat lebih
tinggi, maka hadist tersebut naik menjadi berperingkat hasan lighoiri.[6]
F. Makna
Fitrah dalam Perspektif Pendidikan IsLam
Dalam perspektif pendidikan islam, fitrah
manusia di maknai dengan sejumlah potensi yang menyangkut kekuatan-kekuatan
manusia. Kekuatan tersebut meliputi kekuatan hidup (upaya mempertahankan dan
melestarikan hidupnya), kekuatan rasional (akal), dan kekuatan spiritual
(agama). Ketiga kekuatan bersifat dinamis dan terkait secara integral.
Konsep fitrah, menurut islam juga berbeda
dengan teori konvergensi oleh william stern. Dalam pandangan islam perkembangan
potensi manusia itu bukan semata-mata di pengaruhi oleh lingkungan semata dan
tidak bisa ditentukan melalui pendekatan kuantitas sejauh mana peranan keduanya
(potensi dan lingkungan) dalam membentuk kepribadian manusia.[7]
Mendidik anak dengan cara memberikan kebebasan
kepada anak didik sesuai dengan kebutuhan. Tindakan ini dilakukan berkat adanya
sabda Nabi Muhammad Saw:
ما من مو لو د الا يو لد عل الفطرت
Artinya: Tidak seorangpun yang dilahirkan
kecuali menurut fitrahnya.
Pemberian kebebasan ini
tentunya tidak mutlak, melainkan dalam batas-batas tertentu sesuai dengan
kebutuhan, sebab anak adalah objek yang masih dalam proses penyembuhan dan
belum memiliki kepribadian yang kuat. Ia belum dapat memilih sendiri terhadap
masalah yang dihadapi. Karena itu ia memerlukan petunjuk guna memilih
alternatif dari beberapa alternatif yang ada.[8]
G. Kesimpulan
Anak yang lahir pasti dalam keadaan suci dan mereka
sudah membawa fitrah masing – masing. Fitah adalah
sesuatu yang ada dalam jiwa seseorang dan memerlukan proses pendidikan untuk
mengembangkan fitrah tersebut. Fitrah ini mencakup fitrah keberagamaan,
kemampuan, Qada’ dan Qadar anak
Mendidik anak dengan
cara memberikan kebebasan kepada anak didik sesuai dengan kebutuhan
H. Daftar
pustaka
Anwar Ali, tahrij al-Hadith dengan komputer,(Kediri:
pustaka pelajar, 2011),
Hamzah
Ibnu, Asbabul Wurud 3 Latar Belakang Historis Timbulnya Hadits-hadis Rasul,
(jakarta: Kalam Mulia, 2008)
Sudiyono,
Ilmu Pendidikan Islam Jilid 1, (Jakarta: Rineka Cipta, 2009)
Ahid
Nur, Pendidikan Agama Dalam Perspektif
Islam, (Yogyakarta: Pustaka Pelajar, 2010)
Ahmad
Muhammad, ulumul Hadits,(Bandung: pustaka setia, 2004)
Sotfwere,
kitab sembilan imam
Software
maktabah shamellah
Iya juga sih teman. Tapi....
BalasHapusSaya menemukan ini...
anak dilahirkan bodoh dan seutuhnya dikendalikan oleh hawa nafsu